"Ya ampun.. Sekarang Putri jerawatan ya.. Pake blablabla aja biar ilang jerawatnya. " kata bude
"Ya ampun.. Jerawat kamu Put banyak banget...ckckck..." kata ayah
"Eh sini Put.. Kamu mau gak bapak anterin ke salon kecantikan biar jerawatnya sembuh?" kata guru
Sekilas terdengar seperti nasehat yang diberikan supaya seseorang bisa menghilangkan jerawat di wajahnya.
Nasehat dengan balutan niat baik yang sayangnya tidak mampu menghilangkan jerawat seseorang tapi mampu menghilangkan kepercayaan diri seseorang terutama jika diucapkan berulang kali.
Dulu waktu masih SMA, gua adalah seorang Putri yang punya banyak banget jerawat and it was worse than now!
Awalnya, gua merasa B aja dengan keberadaan jerawat gua, karena gua tau di luar sana masih ada orang yang lebih banyak jerawatnya dibanding gua. Dan gua dulu berfikir it was normal to have acne since i was still teenager who is hitting my puberty.
Tetapi lambat laun.
Hal yang menurut gua biasa.
Ternyata dianggap gak biasa oleh orang-orang sekitar gua.
Terutama dari bude, tante, om, ayah, ibu, bahkan sampe guru laki-laki di sekolah gua ikut mengomentari jerawat gua.
Ketika gua menerima diri gua apa adanya, orang lain malah gak bisa menerima diri gua.
Mereka bilang "Muka itu harus dijaga.. "
Mereka bilang "Kalau muka jerawatan nanti gak ada cowo yang mau"
Mereka bilang "Pake ini aja biar jerawatnya ilang.. "
Mereka bilang "Jangan make ini, tapi pake ini aja biar jerawatnya ilang."
Akhinya semua yang mereka bilang, seketika menjadi suatu hal yang harus gua ikutin.
Semenjak itu gua sangat membenci wajah gua.
Gua selalu maju-majuin jilbab gua demi nutupin jerawat gua.
Gua selalu nunduk setiap bicara sama orang lain supaya orang itu gak salah fokus dan merasa jijik sama jerawat gua.
Gua males pulang kampung pas lebaran dan ketemu banyak orang.
Gua selalu menyembunyikan perasaan sakit gua atas nasehat-nasehat mereka dengan nangis dibawah kolong meja.
Gua selalu menjadikan cermin sebagai musuh utama yang perlu gua hindarin supaya gua gak melihat bayangan wajah gua.
Gua menghabiskan uang orang tua gua demi membeli obat-obat jerawat yang selalu disarankan oleh orang-orang.
Dan setelah gua mencoba semua obat jerawat sesuai apa kata orang, jerawat gua malah memburuk.
Setelah jerawat gua memburuk, ada orang yang berkomentar "Kamu ini makanya nyoba dong beli obat jerawat. Jerawat jangan di diemin aja."
Mereka dengan mudah bilang kalau gua gak merawat wajah gua tanpa melihat dan mau tau seberapa banyak obat jerawat yang gua coba dan hasilnya nihil.
Dan akhirnya semenjak gua lulus SMA dan menginjak bangku kuliah, gua dipertemukan dengan lingkungan yang gak mengomentari jerawat gua.
Gua yakin mereka mungkin jijik ngeliat jerawat gua tapi mereka memilih "diam" dan "respect".
Dan diam dan respect mereka itulah yang lambat laun membuat hati gua tenang.
Membuat lelahnya telinga gua menjadi terobati.
Akhirnya gua mulai untuk gak mencoba obat jerawat apapun. Gua mau mengistirahatkan wajah gua, hati dan fikiran gua supaya lebih bahagia.
Gua mulai mencintai diri gua kembali apa adanya.
Dan alhamdulillah day by day jerawat gua berkurang dan gak separah pas di SMA.
Ya meski kadang muncul tapi gua bersyukur karena setidaknya gak separah dulu.
Dan kalaupun nantinya bakal separah dulu lagi.
Gua pastinya akan terus mencintai diri gua apa adanya dengan cara gua sendiri yang easy and low budget yaitu dengan menjaga pola makan.
Misalnya dengan mengurangi makanan yang manis-manis, berminyak, juga kacang-kacangan. Selain itu gua juga rajin cuci muka pake facial wash. Yah.. Cuma cuci muka aja. Gak mau muluk-muluk.
Dan setelah sekian lama gak kena body shaming. Akhinya di semester 7, gua kena body shaming lagi.
Beberapa orang mengomentari "Putri ini aneh ya masa gak mau pake make up atau skincare.. "
Ketika ngedenger hal itu gua gak sakit hati sih.
Biasa aja.
Karena mungkin udah terbiasa. Haha.
Gua cuma diem aja. Senyumin aja.
Semakin lama di diemin malah semakin menjadi.
Dan pada suatu hari ada yang berkomentar "Put.. Kalau mau jadi guru itu harus dandan.. Biar menarik.. "
Hingga akhirnya "BOOM" ! Gua tampar mereka dengan nada ngegas
"Untuk apa peduli sama kata orang? Yang penting itu apa kata Allah bukan kata orang!"
Seketika mereka diam dan gua tau mereka sakit hati dengan kata-kata gua.
Tapi mereka juga harus tau kalau gua juga sakit hati karena perkataan mereka dan mereka harus sadar akan hal itu. Dan semoga mereka gak melakukannya ke orang lain.
Gua gak pernah mengomentari how their look! But why they have to comment how i look?
Well. Maaf kalau gua pernah ngegas.
Tapi kalian harus tahu.
I have my own reason why i dont wear make up.
Menurut gua sayang banget uang kalau dihabiskan cuma buat muka doang.
Lebih baik uangnya buat beli buku kuliah dan ditabung buat keperluan mendadak.
Alias buat ngeringanin beban orang tua.
Karena gua bukan terlahir dari keluarga sultan dan guapun bukan anak sultan, jadi gua harus membedakan mana kebutuhan mana keinginan.
Dan sebisa mungkin gua memenuhi kebutuhan gua terlebih dahulu daripada keinginan.
It's about priority.
Pada dasarnya gua gak membenci make up atau skin care, hanya saja menurut gua itu bukan prioritas utama gua buat saat ini.
Ada saatnya kok gua bakal pake make up dan skincare seperti yang lain. :)
Yaitu nanti saat gua udah kerja dan kebutuhan utama lain gua udah terpenuhi.
Dan untuk saat ini i just wanna love my self just the way i am. I love my bare face without make up. I love my acnes! I love my self because Allah created me in a perfect way!
Gua gak mau menutupi jerawat gua dengan make up karena i realize my acne is a part of myself. Jerawat bukan aib yang harus ditutupin. :) Melainkan hal yang harus disyukuri.
Bagi gua hal utama yang harus dibenahi adalah hati bukan wajah.
Karena Tuhan melihat hatimu, bukan fisikmu. :)
Kata-kata itu yang selalu mengobati luka gua setiap kali gua sedih ketika dikomentarin prihal jerawat.
Harapan gua cuma satu. Semoga gua bisa membenahi diri gua jadi orang yang lebih baik lagi. Gua berusaha untuk itu.
Buat kalian yang mengalami hal yang sama kaya gua. Mungkin kalian dikomentari tentang bentuk tubuh, tinggi badan atau wajah sampai akhirnya kalian sedih dan terpuruk.
Selalu ingat ya "kalau Tuhan selalu melihat hatimu, bukan fisikmu."
Dari pada membenahi fisik yang ujung-ujungnya juga bakal keriput dan habis termakan tanah, lebih baik kita membenahi hati kita supaya kita menjadi orang yang lebih baik lagi.
Jangan pernah merasa sendiri.
Jangan pernah merasa kalau masalah kalian paling besar.
Karena setiap orang punya masalah.
Dan masih banyak orang yang punya lebih banyak masalah daripada kita tapi masih bisa kuat.
Dan untuk itu itu kita harus kuat karena kita punya Tuhan.
Disaat orang terdekatmu menyakitimu karena fisikmu, ingat Tuhanmu masih mencintaimu karena hatimu.
Hati yang selalu tegar dan selalu memaafkan mereka yang menyakitimu lewat lisan mereka.
Dan semoga dengan rasa sakit yang pernah kita rasakan ketika menghadapi body shaming, membuat kita belajar lagi untuk menjaga lisan kita agar tidak melukai hati orang lain.
Kalau kita merasa sakit hati karena perkataan orang lain mengenai tubuh kita, kita punya hak untuk menyatakan ketidaksukaan itu.
Kita berhak buat membela diri dan menanggapi dengan cara yang elegan dan tegas.
Supaya orang itu sadar bahwa kata-katanya itu menyakiti hati orang lain.
Dan supaya orang itu tidak melakukannya lagi terhadap orang lain.
Tidak perlu marah dan merasa terhina karena pada dasarnya orang yang menghina bentuk tubuh kita tanpa sadar telah menghina Tuhan yang menciptakan kita dan juga mereka.
Semoga Allah memaafkan kita dan juga mereka semua yang telah menyakiti kita. Aamiin.
Dan buat kalian yang having the same problem kaya gua prihal jerawat.
Saran gua sih.
Konsultasi sama orang yang bener-bener paham masalah muka alias dokter kulit.
Karena kalau kita ngikutin kata orang dan cara orang lain untuk nyembuhin jerawat, biasanya bakal nambah parah.
Kenapa? Karena jenis kulit orang beda-beda dan pastinya obatnya bakal beda. Cocok di orang lain belum tentu cocok di kita.
Makanya kita harus banyakin wawasan tentang jenis-jenis kulit wajah supaya nemuin skincare yang cocok sama jenis kulit. Dan selalu doa sama Allah semoga disembuhin.
Pertanyaannya "Gimana kalau tetep gak berhasil?"
Jawabannya: "Mungkin Allah ingin agar kita lebih membenahi hati kita supaya lebih bersyukur atas wajah kita dan lebih mau membagikan uang kita kepada yang membutuhkan daripada ngabisin uang buat beli skincare.
Positive thinking aja.
Mungkin dengan adanya jerawat kita, kita bisa nemuin orang yang cinta sama kita karena hati kita dan bukan karena fisik kita.
Mungkin dengan adanya jerawat kita, kita lebih menjaga aurat kita dengan gak memamerkan wajah di sosial media yang nantinya bisa menimbukan penyakit ain, atau mungkin disalahgunakannya foto kita oleh oknum-oknum akun porno di instagram.
Mungkin dengan adanya jerawat kita, kita malah jadi nambah ilmu seputar kulit wajah, skincare dan bahan-bahan yang ada di dalamnya.
Mungkin dengan adanya jerawat, kita diajarkan untuk sabar menerima komentar orang dan lebih mencintai diri kita apa adanya.
Bukankah orang yang sabar disayang Allah? Kalau Allah udah sayang?
Jaminannya surga :)
Intinya positif thinking aja ya. :)
Allah punya rencana tersendiri kok. "
Mungkin itu saja yang bisa gua ceritain dan sampaikan. Harapan gua, kita semua bisa menjadi orang yang lebih menjaga lisan kita dan selalu menjadi manusia yang menghargai sesama. Aamiin.
"Ya ampun.. Jerawat kamu Put banyak banget...ckckck..." kata ayah
"Eh sini Put.. Kamu mau gak bapak anterin ke salon kecantikan biar jerawatnya sembuh?" kata guru
Sekilas terdengar seperti nasehat yang diberikan supaya seseorang bisa menghilangkan jerawat di wajahnya.
Nasehat dengan balutan niat baik yang sayangnya tidak mampu menghilangkan jerawat seseorang tapi mampu menghilangkan kepercayaan diri seseorang terutama jika diucapkan berulang kali.
Dulu waktu masih SMA, gua adalah seorang Putri yang punya banyak banget jerawat and it was worse than now!
Awalnya, gua merasa B aja dengan keberadaan jerawat gua, karena gua tau di luar sana masih ada orang yang lebih banyak jerawatnya dibanding gua. Dan gua dulu berfikir it was normal to have acne since i was still teenager who is hitting my puberty.
Tetapi lambat laun.
Hal yang menurut gua biasa.
Ternyata dianggap gak biasa oleh orang-orang sekitar gua.
Terutama dari bude, tante, om, ayah, ibu, bahkan sampe guru laki-laki di sekolah gua ikut mengomentari jerawat gua.
Ketika gua menerima diri gua apa adanya, orang lain malah gak bisa menerima diri gua.
Mereka bilang "Muka itu harus dijaga.. "
Mereka bilang "Kalau muka jerawatan nanti gak ada cowo yang mau"
Mereka bilang "Pake ini aja biar jerawatnya ilang.. "
Mereka bilang "Jangan make ini, tapi pake ini aja biar jerawatnya ilang."
Akhinya semua yang mereka bilang, seketika menjadi suatu hal yang harus gua ikutin.
Semenjak itu gua sangat membenci wajah gua.
Gua selalu maju-majuin jilbab gua demi nutupin jerawat gua.
Gua selalu nunduk setiap bicara sama orang lain supaya orang itu gak salah fokus dan merasa jijik sama jerawat gua.
Gua males pulang kampung pas lebaran dan ketemu banyak orang.
Gua selalu menyembunyikan perasaan sakit gua atas nasehat-nasehat mereka dengan nangis dibawah kolong meja.
Gua selalu menjadikan cermin sebagai musuh utama yang perlu gua hindarin supaya gua gak melihat bayangan wajah gua.
Gua menghabiskan uang orang tua gua demi membeli obat-obat jerawat yang selalu disarankan oleh orang-orang.
Dan setelah gua mencoba semua obat jerawat sesuai apa kata orang, jerawat gua malah memburuk.
Setelah jerawat gua memburuk, ada orang yang berkomentar "Kamu ini makanya nyoba dong beli obat jerawat. Jerawat jangan di diemin aja."
Mereka dengan mudah bilang kalau gua gak merawat wajah gua tanpa melihat dan mau tau seberapa banyak obat jerawat yang gua coba dan hasilnya nihil.
Dan akhirnya semenjak gua lulus SMA dan menginjak bangku kuliah, gua dipertemukan dengan lingkungan yang gak mengomentari jerawat gua.
Gua yakin mereka mungkin jijik ngeliat jerawat gua tapi mereka memilih "diam" dan "respect".
Dan diam dan respect mereka itulah yang lambat laun membuat hati gua tenang.
Membuat lelahnya telinga gua menjadi terobati.
Akhirnya gua mulai untuk gak mencoba obat jerawat apapun. Gua mau mengistirahatkan wajah gua, hati dan fikiran gua supaya lebih bahagia.
Gua mulai mencintai diri gua kembali apa adanya.
Dan alhamdulillah day by day jerawat gua berkurang dan gak separah pas di SMA.
Ya meski kadang muncul tapi gua bersyukur karena setidaknya gak separah dulu.
Dan kalaupun nantinya bakal separah dulu lagi.
Gua pastinya akan terus mencintai diri gua apa adanya dengan cara gua sendiri yang easy and low budget yaitu dengan menjaga pola makan.
Misalnya dengan mengurangi makanan yang manis-manis, berminyak, juga kacang-kacangan. Selain itu gua juga rajin cuci muka pake facial wash. Yah.. Cuma cuci muka aja. Gak mau muluk-muluk.
Dan setelah sekian lama gak kena body shaming. Akhinya di semester 7, gua kena body shaming lagi.
Beberapa orang mengomentari "Putri ini aneh ya masa gak mau pake make up atau skincare.. "
Ketika ngedenger hal itu gua gak sakit hati sih.
Biasa aja.
Karena mungkin udah terbiasa. Haha.
Gua cuma diem aja. Senyumin aja.
Semakin lama di diemin malah semakin menjadi.
Dan pada suatu hari ada yang berkomentar "Put.. Kalau mau jadi guru itu harus dandan.. Biar menarik.. "
Hingga akhirnya "BOOM" ! Gua tampar mereka dengan nada ngegas
"Untuk apa peduli sama kata orang? Yang penting itu apa kata Allah bukan kata orang!"
Seketika mereka diam dan gua tau mereka sakit hati dengan kata-kata gua.
Tapi mereka juga harus tau kalau gua juga sakit hati karena perkataan mereka dan mereka harus sadar akan hal itu. Dan semoga mereka gak melakukannya ke orang lain.
Gua gak pernah mengomentari how their look! But why they have to comment how i look?
Well. Maaf kalau gua pernah ngegas.
Tapi kalian harus tahu.
I have my own reason why i dont wear make up.
Menurut gua sayang banget uang kalau dihabiskan cuma buat muka doang.
Lebih baik uangnya buat beli buku kuliah dan ditabung buat keperluan mendadak.
Alias buat ngeringanin beban orang tua.
Karena gua bukan terlahir dari keluarga sultan dan guapun bukan anak sultan, jadi gua harus membedakan mana kebutuhan mana keinginan.
Dan sebisa mungkin gua memenuhi kebutuhan gua terlebih dahulu daripada keinginan.
It's about priority.
Pada dasarnya gua gak membenci make up atau skin care, hanya saja menurut gua itu bukan prioritas utama gua buat saat ini.
Ada saatnya kok gua bakal pake make up dan skincare seperti yang lain. :)
Yaitu nanti saat gua udah kerja dan kebutuhan utama lain gua udah terpenuhi.
Dan untuk saat ini i just wanna love my self just the way i am. I love my bare face without make up. I love my acnes! I love my self because Allah created me in a perfect way!
Gua gak mau menutupi jerawat gua dengan make up karena i realize my acne is a part of myself. Jerawat bukan aib yang harus ditutupin. :) Melainkan hal yang harus disyukuri.
Bagi gua hal utama yang harus dibenahi adalah hati bukan wajah.
Karena Tuhan melihat hatimu, bukan fisikmu. :)
Kata-kata itu yang selalu mengobati luka gua setiap kali gua sedih ketika dikomentarin prihal jerawat.
Harapan gua cuma satu. Semoga gua bisa membenahi diri gua jadi orang yang lebih baik lagi. Gua berusaha untuk itu.
Buat kalian yang mengalami hal yang sama kaya gua. Mungkin kalian dikomentari tentang bentuk tubuh, tinggi badan atau wajah sampai akhirnya kalian sedih dan terpuruk.
Selalu ingat ya "kalau Tuhan selalu melihat hatimu, bukan fisikmu."
Dari pada membenahi fisik yang ujung-ujungnya juga bakal keriput dan habis termakan tanah, lebih baik kita membenahi hati kita supaya kita menjadi orang yang lebih baik lagi.
Jangan pernah merasa sendiri.
Jangan pernah merasa kalau masalah kalian paling besar.
Karena setiap orang punya masalah.
Dan masih banyak orang yang punya lebih banyak masalah daripada kita tapi masih bisa kuat.
Dan untuk itu itu kita harus kuat karena kita punya Tuhan.
Disaat orang terdekatmu menyakitimu karena fisikmu, ingat Tuhanmu masih mencintaimu karena hatimu.
Hati yang selalu tegar dan selalu memaafkan mereka yang menyakitimu lewat lisan mereka.
Dan semoga dengan rasa sakit yang pernah kita rasakan ketika menghadapi body shaming, membuat kita belajar lagi untuk menjaga lisan kita agar tidak melukai hati orang lain.
Kalau kita merasa sakit hati karena perkataan orang lain mengenai tubuh kita, kita punya hak untuk menyatakan ketidaksukaan itu.
Kita berhak buat membela diri dan menanggapi dengan cara yang elegan dan tegas.
Supaya orang itu sadar bahwa kata-katanya itu menyakiti hati orang lain.
Dan supaya orang itu tidak melakukannya lagi terhadap orang lain.
Tidak perlu marah dan merasa terhina karena pada dasarnya orang yang menghina bentuk tubuh kita tanpa sadar telah menghina Tuhan yang menciptakan kita dan juga mereka.
Semoga Allah memaafkan kita dan juga mereka semua yang telah menyakiti kita. Aamiin.
Dan buat kalian yang having the same problem kaya gua prihal jerawat.
Saran gua sih.
Konsultasi sama orang yang bener-bener paham masalah muka alias dokter kulit.
Karena kalau kita ngikutin kata orang dan cara orang lain untuk nyembuhin jerawat, biasanya bakal nambah parah.
Kenapa? Karena jenis kulit orang beda-beda dan pastinya obatnya bakal beda. Cocok di orang lain belum tentu cocok di kita.
Makanya kita harus banyakin wawasan tentang jenis-jenis kulit wajah supaya nemuin skincare yang cocok sama jenis kulit. Dan selalu doa sama Allah semoga disembuhin.
Pertanyaannya "Gimana kalau tetep gak berhasil?"
Jawabannya: "Mungkin Allah ingin agar kita lebih membenahi hati kita supaya lebih bersyukur atas wajah kita dan lebih mau membagikan uang kita kepada yang membutuhkan daripada ngabisin uang buat beli skincare.
Positive thinking aja.
Mungkin dengan adanya jerawat kita, kita bisa nemuin orang yang cinta sama kita karena hati kita dan bukan karena fisik kita.
Mungkin dengan adanya jerawat kita, kita lebih menjaga aurat kita dengan gak memamerkan wajah di sosial media yang nantinya bisa menimbukan penyakit ain, atau mungkin disalahgunakannya foto kita oleh oknum-oknum akun porno di instagram.
Mungkin dengan adanya jerawat kita, kita malah jadi nambah ilmu seputar kulit wajah, skincare dan bahan-bahan yang ada di dalamnya.
Mungkin dengan adanya jerawat, kita diajarkan untuk sabar menerima komentar orang dan lebih mencintai diri kita apa adanya.
Bukankah orang yang sabar disayang Allah? Kalau Allah udah sayang?
Jaminannya surga :)
Intinya positif thinking aja ya. :)
Allah punya rencana tersendiri kok. "
Mungkin itu saja yang bisa gua ceritain dan sampaikan. Harapan gua, kita semua bisa menjadi orang yang lebih menjaga lisan kita dan selalu menjadi manusia yang menghargai sesama. Aamiin.
No comments:
Post a Comment